“BELANJA KADAK PANTENG”
Selesai
seminar aktualisasi … semua beban di kepala seakan-akan lepas tak berbekas.
Untuk merayakan hari kebahagiaan itu … kami membuat rencana untuk pergi
jalan-jalan ke Bukittinggi sambil membeli oleh-oleh sedikit. Tapi apa yang
terjadi way … mau tahu … penasaran …
kita lihat ending dari cerita ini
nanti ya way … pokoknya baca aja terus sampai selesai way …
Setelah
meminta tanda tangan dari mentor untuk laporan aktualisasi yang telah kami
seminarkan sebelumnya … kami memiliki banyak waktu luang untuk pergi
jalan-jalan. Sebenarnya untuk urusan tanda tangan itu … masih ada beberapa yang
belum ditandatangani. Namun … untuk mendapatkan tanda tangan mereka … maka
harus menunggu siang nanti karena beberapa diantaranya baru bisa datang siang
ini ke PPSDM Bukittinggi. Mengingat hal itu … dan menimbang ada teman dalam
kelompok kami yang tidak pergi kemana-mana … jadi kami meminta bantuan Pak
Rahmat untuk memback up semuanya.
Berkat hati yang mulia dari dia … akhirnya kami bisa pergi untuk jalan-jalan ke
bukittinggi. Hore …
Rencana
awal … kami berangkat bersama ibu-ibu sosialita dari angkatan 33 untuk
pergi. Namun … ada tawaran yang
menggiurkan dari Bang Jamil …dia bilang … nanti aja perginya … bareng sama
abang aja nanti … kita pergi sama-sama. Pak Andres juga mau ikut nanti. Berkat
hasutan yang indah, seindah intan permata … kami memutuskan untuk tidak jadi
pergi. Ok Bang … udah kami cancel.
Nah begitu … itu baru namanya setia kawan way. Waktu terus berputar … memutarbalikan
pikiranku tentang janji manisnya Bang Jamil tadi. Kutanya lagi … bagaimana Bang
… pergi sekarang … udah hampir 1 jam loh kita menunggu. Sabar way … kita tunggu
Pak Andres dulu. Atau gini aja … coba kita telpon Pak Andresnya … dimana
posisinya sekarang. Okelah kuambil hp dan menelpon Pak Andres. Tut …tut … tut …
halo … Pak Andres … dimana … kataku. Ini lagi menunggu bapak untuk minta tanda
tangannya … katanya. Kuungkapkan saja maksud dan tujuanku … begini Pak Andres …
kami mau mengajak bapak pergi ke Bukittinggi sekarang. Oh maaf Pak I’am …
kalian saja yang pergi … saya tidak bisa. Baiklah kalau begitu Pak Andres … Assalamualaikum
… Waalaikumsalam. Bagaimana Bang .. Pak Andres tidak bisa ikut. Dengan wajah
santuy tanpa dosa … Bang Jamil bilang … tunggu ajalah dia pulang … nanti kita
hasut mau dia … santai aja nya. Kata bang Jamil mencoba
menenangkan kami dengan logatnya yang khas itu. Lagi dan lagi … kami terhipnotis
dengan rayuan maut dari dia. Okelah Bang … kita tunggu sampai Pak Andres pulang.
Di
kamar depan … terdengar olehku suara bidadari-bidadari angkatan 33. Ada apa
gerangan mereka di kamar depan … apa yang mereka lakukan di sana … bukankah itu
kamarnya para pria-pria kesepian. Di dalam sana mereka bersenda gurau dan tertawa
manja … ah ah … ih ih. Tanpa mereka sadari aku tiba-tiba muncul di antara
mereka. Ternyata mereka sedang ngeprint cover
untuk laporan aktualisasi. Aku pun ikut bergabung dengan mereka dan berbual
sepuas hati. Sepanjang cerita yang tidak berbobot itu … aku sama Pak Ali berniat
untuk mengajak kedua bidadari … Nova dan Dila untuk ikut pergi ke Bukitinggi
bersama kami. Dan hasil kesepakatannya … mereka mau dan perginya setelah makan
siang. Kemudian kami bubar dan pergi ke kamar-masing-masing.
Di
dalam kamar … aku tidur-tiduran sambil menunggu keberangkatan. Zzzzzz …
akhirnya aku tertidur beneran. I jam kemudian … Pak Ali masuk membangukanku
dari tidur. Ayo way … berangkat kita lagi … udah jam 12 ini. Sabar way … nanti
kita pergi sama-sama dengan Bang Jamil dan Pak Andres. Dengan penuh kesabaran
kami menunggu. Singkat cerita … Pak Andres datang dan ia tetap tak bisa pergi
walaupun sudah dibujuk rayu oleh Bang Jamil. Dan yang membuat hati semakin
bahagia … Bang Jamil dengan wajah sok polosnya itu mengatakan tak bisa pergi juga.
Ingin rasanya kukempeskan perutnya yang imut itu dengan jarum suntik. Wkwkwk
... sabar way. Soory Bang Jamil… just
kidding nya … hhee … Okelah kalo gitu Bang … kami berangkat dulu … Assalamualaikum
…
Bersama
Pak Ali … kami langsung menuju ruang makan. Di sana telah menanti dua bidadari
tak bersayap … Dila dan Nova. Usai makan siang … kami langsung tancap gas untuk
pergi ke Bukittinggi menggunakan angkot. Di dalam perjalanan … kami sudah
saling mengingatkan untuk tidak belanja banyak-banyak. Cukup sekedarnya saja. Pokoknya
aku way …. cuman mau beli oleh-oleh saja … kata Pak Ali. Iya aku juga loh …
timpal Nova dan juga Dila diikuti oleh anggukanku. Pokoknya kami sudah
menanamkan komitmen mutu agar tidak khilaf ketika di pasar nanti. Akhirnya …
sampai juga kami ke Pasar Aur yang bisa dikatakan tanah abangnya Bukitinggi.
Karena lokasi pasarnya yang luas dan harganya relatif murah. Kalau menurut
rencana … kami maunya langsung turun ke Bukittinggi … tapi karena mobil
angkotnya cuma sampai sana … dan harus naik angkot lagi kalau mau ke Bukittinggi
… maka dari itu kami turun di Pasar Aur. Tibalah saat-saat yang membuat
penasaran kalian mucul way. Lets go …
Belum
beberapa lama kami berjalan di Pasar Aur … mata Nova udah tergoda. Tanpa banyak
basa basi udah 100 ribu uang ludes untuk membeli jilbab. Tak lama kemudian …
aku pun tergiur untuk membelinya … eits … tapi bukan untuk aku pakai ya way …
tapi untuk oleh-oleh saudaraku ketika aku pulang kampung nanti. 100 ribu pun
ludes dari dompetku. Pak Ali nampaknya agak gusar melihat kami membeli jilbab …
entah apa yang ada dibenaknya. Hanya tuhan dan dia yang tahu. Lanjut way … kami
keliling lagi mencari sesuatu yang tidak ada dalam rencana kami tadi. Lalu, aku
berhenti di depan lapak orang jual celana pendek. Mengingat celana pendeku
cuman ada dua … jadi tergerak hatiku untuk membeli celana yang kalau satuannya
25 ribu … kalau 3 harganya cuman 60 ribu. Jadi … aku memutuskan untuk membeli 3
celana pendek. Uang keluar lagi. Pelan tapi pasti … kami sudah amnesia dengan
komitmen mutu kami di angkot tadi. Lanjut lagi way …. entah kenapa …
setelah kelilin-keliling … kami kembali
lagi di tempat orang jual jilbab tadi. Tiba-tiba … aku mau beli jilbab juga
untuk istriku. Kata Pak Ali. Oh … jadi ini yang membuat dia gusar tadi. Namun …
jilbab yang diinginkan pak Ali tak ada di sana … jadi kami keliling lagi
mencari orang yang menjual jilbab. Nah … laba keuntungan menjadi rezeki ibu
yang jual di pinggir tanpa lapak. Ia menawari kami jilbab dengan harga yang
murah … 3 seratus ribu. Nampak-nampaknya model jilbab yang dicari Pak Ali ada
di sana. Jadi pintu hatinya terketuk untuk membelinya. Again dan again … dengan bujuk rayu kami … Pak Ali membeli 6
jilbab. Karena kami bilang … Pak Ali … daripada beli 3 … lebih baik beli 6 …
lebih murah … kalau 3 … 100 ribu … kalau 6 cuman 180 ribu … iyakan buk … kata
nova mengeluarkan jurus-jurus kompornya. Iya … kata ibu itu. Itulah kenapa Pak
Ali mengubah keputusannya yang semula hanya ingin beli 3 tetapi menjadi 6
jilbab. Uang 180 ribu pun lenyap dari kantong Pak Ali. Nah gitu kalau sayang
istri. Dia nampak bahagia.
Lalu
… Kami terus mengelilingi Pasar Aur sampai mata Dila terpesona melihat celana
berlipat-lipat kayak gorden. Benar saja dugaanku … celana yang terpampang di
pajangan tadi … seketika sudah masuk dalam kantong plastik. Dan dia tidak
sendirian membelinya … Nova pun ikut-ikutan untuk membeli celana gorden
tersebut. Lagi dan lagi …. Antara rencana dan realita sulit untuk bersatu. Uang
pun keluar dari dompet Dila dan Nova. Ihh … aku khilaf … mereka berujar. Wanita
emang gitu … hati-hati kalau mengajak mereka ke pasar … hhee. Kemudian … kami
berhenti lagi di lapak baju tidur. Awalnya kami tidak tertarik untuk membeli …
namun … mengingat untuk oleh-oleh pulang kampung nanti … biar agak banyakan
dikit … jadi aku tergiur untuk membelinya. Mulanya cuman aku yang mau membeli.
Namun … mata Nova … untuk sekian kalinya … khilaf … dan ikutan untuk membeli
juga. Bagus Bang katanya. Bukan pedagang namanya … kalau barang dagangannya
tidak ia tawarkan semua. Lalu … ibu itu mengeluarkan baju panjang … kayak baju
dingin gitu … sekilas kalau dilihat seperti baju habis mandi gitulah pokoknya …
dan Nova pun tergiur. Ditambah lagi kompor gas dari kami … yang bilang kamu
semakin cantik pakai baju itu Nova. Pipinya pun memerah dan tak jadi membeli
baju tidur tetapi membeli baju habis mandi itu. Luar biasa Nova … sahalut.
Pokoknya … teruskan way ….
Ini
belum berakhir way … kita lanjut lagi ceritanya. Setelah dari lapak ibu itu …
kami masuk lagi ke dalam pasar dan menghampiri toko pakaian yang membuat mata Dila
tertuju pada baju habis mandi … persis seperti yang dibeli oleh Nova tadi.
Tetapi baju yang ini beda warna dan juga bahannya. Namun … Dila belum tergerak
hatinya untuk membelinya. Dengan pendiriannya yang kokoh … ia tetap tidak mau
membeli baju itu. Dan kami pun pergi. Entah setan apa yang merasuki kami pada
saat itu … setelah keliling dari beberapa toko pakaian … akhirnya kami kembali
lagi ke toko itu dan merayu Dila untuk membeli baju itu. Berkat mulut-mulut
sales kami… kecantikanmu bertambah Dila kalau kamu pakai itu. Ditambah lagi
nanti kamu menyesal Dila kalau nggak membelinya. Jiaaah … akhirnya … benteng Dila
runtuh … dan ia pun membeli baju itu. Kami pun tertawa terbahak-bahak …
menertawakan kekonyolan kami. Hhhaaa ….
Nah
way … kegiatan belanja yang kadak panteng masih terus berlanjut sampai ke Bukittinggi.
Di sana kami masih sibuk membeli baju, jaket, celana, sepatu dan lain
sebagainya. Inti dari rencana kami untuk membeli oleh-oleh dilakukan pada
detik-detik kepulangan. Luar biasa … tujuan utama yang kami beli hampir
terlupakan. Nggak papalah … yang penting kami bahagia … kapan lagi bisa ke sini
bersama teman-teman. Kami memotivasi diri. Hhheee… Lalu sekitar 7 malam kurang
… kami pulang ke Baso dengan memesan grab. Akhirnya pulang juga way … kulihat
raut-raut kelelahan dari wajah mereka. Bayangkan saja way … dari jam setengah 2
siang kami berangkat … dan baru pulang hampir jam 9 malam. Dan kegiatannya cuma
satu … belanja. Luar binasa way …
Itulah
cerita belanja kadak panteng kami way. Sebenarnya … masih banyak lagi yang mau
aku ceritakan. Namun apa mau dikata … tanganku udah capek untuk mengetiknya.
Cukuplah sampai di sini dulu way ceritanya ya … dadada ….
Tembilahan,
17 November 2019
Dila, Nova, dan Aku
Sebagian dari belanjaan Pak Ali
Sebagian dari belanjaan Dila
Celana gorden
Sebagian belanjaan dari Nova
2 Comments
Kemana nya jaket saya yang Bagus itu.
ReplyDeleteTuh... Udah dipakai oleh pak Andres nya... Hhee
ReplyDelete