SUKU
DUANU DAN SEJARAHNYA
Berbicara tentang suku di Indonesia, tak kan ada
habis-habisnya. Menurut data sensus BPS tahun 2010 , ada sekitar 1.340 suku
yang mendiami wilayah negara kita tercinta. Namun, mungkin itu masih bisa
bertambah, mengingat masih banyak lagi suku-suku yang belum tercatat di dalamnya.
Seperti sebuah lagu nasional hasil karya Bapak R. Soerarjo “Dari Sabang sampai
Merauke” yang menceritakan tentang negara kita yang terdiri dari jajaran
pulau-pulau. Di dalam pulau-pulau tersebut terdapat suku-suku yang mendiaminya.
Kemudian, di dalam pulau itu, terbagi lagi menjadi beberapa provinsi yang
terdiri dari kabupaten, kota, maupun desa. Nah, antar desa dalam satu kecamatan
saja, terkadang ada yang berbeda sukunya. Luar biasa kan pemirsa ? luar biasa
dong ... Kali ini, aku akan menceritakan salah satu suku yang ada di Indonesia
khususnya yang mendiami Desa Belaras, Kabupaten Indragiri Hilir, tempat tugasku
mengabdi saat ini yaitu suku Duanu atau biasa dikenal dengan suku laut.
Secara fisik, suku Duanu terkenal dengan tenaganya yang
kuat. Dengan badan yang tegap, kulit lebih gelap, serta rambut ikal atau
keriting. Karena terbiasa hidup di laut, jadi wajar kalau berbicara mereka
terdengar kencang dan keras seperti orang berteriak walaupun mereka sedang
berbicara santai. Kepandaian mereka dalam bersampan mencari sumber makanan di
laut sudah tidak diragukan lagi. Hal ini dikarenakan sejarah nenek moyang
mereka yang hidup di laut di atas sampan kajang. Penasaran kan tentang sejarah suku
Duanu ? bagaimana kisah tentang perjalanannya ... kalau penasaran ... yok ...
main yok ... #maksudnya baca yok pemirsa kisahnya di bawah ini. Hheee ...
Menurut cerita dari tokoh suku Duanu di Desa Belaras
yaitu Pak Pudin, suku laut atau duanu termasuk suku Melayu Tua. Mereka hidup
waktu dulu secara berkelompok dan mendiami di pesisir pantai. Suku duanu
berasal dari Semenanjung Malaysia. Pada masa penjajahan Belanda waktu itu,
terjadilah perang di Malaysia. Jadi, suku Duanu ikut berperan memperjuangkan
atau melawan penjajah di Malaysia. Maka terjadilah perlawanan suku Duanu dengan
penjajah untuk membantu sultan di kerajaan Malaysia. Namun, ada sebagian dari suku
Duanu yang tidak ikut berperang dan pergi meninggalkan Malaysia.
Mereka yang
pergi, berlayar menggunakan sampan mengarungi lautan secara berkelompok di atas
sampan kajang. Sampan kajang inilah asal muasal mereka disebut suku laut.
Kenapa ? karena sampan ini merupakan tempat tinggal atau rumah mereka di atas
laut berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun. Sampan kajang ini dalam
bahasa suku Duanu memiliki arti sampan yang memiliki atap daun nipah. Bentuk
sampan kajang ini seperti sampan biasa. Namun, diatasnya ada penutup dari daun
nipah untuk melindungi mereka dari terik matahari sekaligus sebagai rumah
mereka. Di dalam sampan kajang ini, didiami oleh satu keluarga dalam tiap-tiap
sampan kajang. Terdiri dari bapak, ibu, dan anak-anaknya. Semua kegiatan
sehari-hari mereka lakukan di atas sampan kajang tersebut. Seperti memasak,
makan, tidur, dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka
mencari sumber makanan yang berasal dari laut yaitu ikan, kerang, dll. Nah,
kalau mereka ingin makan makanan yang tidak ada di laut, maka mereka melakukan
barter atau menukar hasil tangkapan mereka dengan orang-orang yang tinggal di
darat.
Kembali lagi ke perjalanan suku Duanu, dalam perjalanannya
dari Malaysia mengarungi laut menggunakan sampan kajang tersebut, sampailah mereka
ke wilayah Indonesia dan tinggal di beberapa daerah pesisir di Kabupaten Indragiri
Hilir, seperti Belaras, Concong, , Bekawan, Patah Parang, Sungai Bela, dan
daerah pesisir lain disekitarnya. Di sana, mereka menemukan dan memulai
kehidupan baru. Secara bertahap, mereka tidak tinggal lagi di atas sampan
kajang karena sudah bisa membuat rumah sendiri dari daun nipah atau pun dari
kulit kayu. Jadi, sekarang ini, hampir tidak ditemukan lagi suku Duanu yang
tinggal di laut. Karena mereka sudah hidup menetap di rumah seperti yang
lainnya.
Karena sudah hidup menetap, mereka mulai berinteraksi
dengan suku-suku lainnya yang mendiami di daerah sekitarnya seperti suku Melayu,
Banjar, Bugis, Cina, dan lainnya. Dari interaksi ini terjadilah asimilasi budaya,
pernikahan, dan sebagainya yang membawa banyak perubahan dalam kehidupan suku Duanu
sebelumnya.
Belaras, 17
Agustus 2019
Ilustrasi sampan kajang, gambar merupakan hasil karya Pak Pudin
Bersama Pak Pudin sebagai narasumber
2 Comments
Tepmantap
ReplyDeleteTehengkyu way
ReplyDelete