Anda pasti
tahu bahwa setiap orang apakah dia orang tua, remaja, ataupun anak-anak, dalam
kegiatan berkomunikasi lisan maupun tulis (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis) setiap hari menggunakan bahasa. Dalam berkomunikasi dengan bahasa itu
pasti membuat kesalahan. Kesalahan itu ada yang sistematis dan ada yang tidak
sistematis. Dalam kaitannya dengan analisis kesalahan, yang disoroti adalah
kesalahan yang bersifat sistematis. Kesalahan sistematis berarti kesalahan yang
berhubungan dengan kompetensi. Kompetensi dalam pembicaraan ini adalah
kemampuan pembicara atau penulis untuk melahirkan pikiran dan perasaannya
melalui bahasa sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa yang digunakan
itu berwujud kata, kalimat, dan makna yang mendukungnya. Kata dan kalimat
berunsurkan bunyi-bunyi yang membedakan yang disebut fonem.
Memperhatikan penjelasan di atas, kesalahan yang perlu dianalisis mencakup tataran tata bunyi (fonologi), tata bentuk kata (morfologi) tata kalimat (sintaksis), dan tataran tata makna (semantik). Analisis kesalahan bidang tata bunyi berhubungan dengan kesalahan ujaran atau pelafalan, grafemik, pungtuasi, dan silabisasi. Analisis kesalahan dalam tata bentuk tentu saja kesalahan dalam membentuk kata terutarna pada afiksasi. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. Dan yang berikutnya analisis kesalahan bidang semantik berkaitan dengan ketepatan penggunaan kata, frase atau kalimat yang didukung oleh makna baik makna gramatikal maupun makna leksikal.
Memperhatikan penjelasan di atas, kesalahan yang perlu dianalisis mencakup tataran tata bunyi (fonologi), tata bentuk kata (morfologi) tata kalimat (sintaksis), dan tataran tata makna (semantik). Analisis kesalahan bidang tata bunyi berhubungan dengan kesalahan ujaran atau pelafalan, grafemik, pungtuasi, dan silabisasi. Analisis kesalahan dalam tata bentuk tentu saja kesalahan dalam membentuk kata terutarna pada afiksasi. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. Dan yang berikutnya analisis kesalahan bidang semantik berkaitan dengan ketepatan penggunaan kata, frase atau kalimat yang didukung oleh makna baik makna gramatikal maupun makna leksikal.
Mengingat
adanya masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing karena
terjadinya kesalahan berbahasa pembelajar, peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut permasalahan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang
dilakukan oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dan mencoba mengajukan alternatif pengajaran
remedi agar kesalahan-kesalahan itu berkurang.
Pengertian Kesalahan Berbahasa
Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning” H.V. George mengemukakan
bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak
diinginkan (unwanted form)
khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan
guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah
bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai
dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus
dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan
analisis kesalahan berbahasa adalah
menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru
bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar
penyimpangan.
Pengertian
kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam bukunya yang
berjudul Introducing Applied
Linguistics. Dikemukakan oleh Corder bahwa yang dimaksud dengan
kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini
bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya
pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum
menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh
Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai
kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang
pengertian kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah
dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi
kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia
baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan
dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Adapun sistem kaidah bahasa Indonesia
yang digunakan sebagai standar acuan atau kriteria untuk menentukan suatu
bentuk tuturan salah atau tidak adalah sistem kaidah bahasa baku. Kodifikasi
kaidah bahasa baku dapat kita lihat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
4. Tujuan dan Manfaat
Analisis Kesalahan Berbahasa
4.1 Tujuan Analisis
Kesalahan
Analisis kesalahan merupakan usaha membahas
kebutuhan-kebutuhan praktis guru kelas. Secara tradisional, analisis
kesalalahan bertujuan menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan
oleh pembelajar bahasa kedua. Hasil analisis ini diharapkan dapat membantu guru
dalam hal menentukan urutan bahan pengajaran, memutuskan pemberian penekanan,
penjelasan dan praktik yang diperlukan, memberikan remidi dan latihan-latihan,
dan memilih butir-butir bahasa kedua untuk keperluan tes profisiensi pembelajar
(Sudiana, 1990:103).
Tujuan
Akhirnya sampailah kita pada pembicaraan tujuan. Oleh karena analisis itu merupakan suatu kegiatan, maka ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan analisis kesalahan maupun analisis kontrastif dapat dibaca pada uraian di bawah ini.
Telah dikatakan di atas bahwa analisis kesalahan dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat, daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru telah menemukan kesalahan-ke-salahan, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis kesalahan dengan bidang kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi belajar-mengajar, perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian bahasa, dan bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik.
Khusus untuk guru, analisis kesalahan dapat digunakan untuk (1) menentukan urutan sajian, (2) menentukan penekanan-penekanan dalam penjelasan dan latihan, (3) memperbaiki pengajaran remedial, (4) memilih butir-butir yang tepat untuk mengevaluasi penggunaan bahasa siswa (Pateda, 1989:36).
Corder (dalam Baraja, 1981:12) mengatakan bahwa analisis kesalahan itu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis tradisional, sedangkan tujuan yang bersifat teoretis ialah adanya usaha untuk memahami proses belajar bahasa kedua. Bagi seorang guru, yang penting menemukan kesalahan itu kemudian menganalisisnya. Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang dilakukan.
Dengan memperhatikan tujuan di atas, seorang guru yang akan menerapkan analisis kesalahan tentu hams memiliki pengetahuan kebahasaan yang memadai. Dia harus paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku. Misalnya tentang kebakuan pelafalari, tulisan (ejaan), bentukan kata, dan tata kalimatnya. Dalam hal ini guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya.
Pengetahuan yang cukup memadai sangat diperlukan oleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan dan pemahaman tata bahasa.
Akhirnya sampailah kita pada pembicaraan tujuan. Oleh karena analisis itu merupakan suatu kegiatan, maka ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan analisis kesalahan maupun analisis kontrastif dapat dibaca pada uraian di bawah ini.
Telah dikatakan di atas bahwa analisis kesalahan dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat, daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru telah menemukan kesalahan-ke-salahan, guru dapat mengubah metode dan teknik mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas, dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program pengajaran bahasa itu sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis kesalahan dengan bidang kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi belajar-mengajar, perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian bahasa, dan bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik.
Khusus untuk guru, analisis kesalahan dapat digunakan untuk (1) menentukan urutan sajian, (2) menentukan penekanan-penekanan dalam penjelasan dan latihan, (3) memperbaiki pengajaran remedial, (4) memilih butir-butir yang tepat untuk mengevaluasi penggunaan bahasa siswa (Pateda, 1989:36).
Corder (dalam Baraja, 1981:12) mengatakan bahwa analisis kesalahan itu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis tradisional, sedangkan tujuan yang bersifat teoretis ialah adanya usaha untuk memahami proses belajar bahasa kedua. Bagi seorang guru, yang penting menemukan kesalahan itu kemudian menganalisisnya. Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses belajar-mengajar yang dilakukan.
Dengan memperhatikan tujuan di atas, seorang guru yang akan menerapkan analisis kesalahan tentu hams memiliki pengetahuan kebahasaan yang memadai. Dia harus paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku. Misalnya tentang kebakuan pelafalari, tulisan (ejaan), bentukan kata, dan tata kalimatnya. Dalam hal ini guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya.
Pengetahuan yang cukup memadai sangat diperlukan oleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan dan pemahaman tata bahasa.
8.
Jenis Kesalahan Berbahasa
Berdasarkan komponen bahasa, kesalahan berbahasa
dikomponenkan menjadi:
(a) kesalahan pada tataran fonologi,
(b) kesalahan pada tataran morfologi,
(c) kesalahan pada tataran
sintaksis,
(d) kesalahan pada tataran semantik,
(e) kesalahan pada tataran leksikal,
(f) kesalahan pada tataran wacana.
Tabel 2.1. Persebaran kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia
Jenis
Kesalahan
|
Jumlah
Kesalahan
|
Keterangan
|
1.
Keefektifan kalimat
|
422
|
Kalimat-kalimat
yang ada sebagian besar tidak mempunyai kesatuan informasi atau ide.
|
2.
Diksi
|
228
|
Kesalahan
pemakaian ada dengan adalah sebanyak 28; ada juga kesalahan penggunaan kita dengan
kami; berangkat dengan meninggalkan; cara dengan secara; tidak dengan
bukan; ada dengan mempunyai
|
3.
Afiksasi
|
203
|
Lihat
tabel 2 .2
|
4.
Tidak lengkapnya fungsi Kalimat
|
113
|
Ketidaklengkapan
fungsi kalimat meliputi tidak adanya subjek, predikat yang tidak jelas,
penghilangan objek pada verba
transitif
|
5.
Urutan kata
|
74
|
Kesalahan
urutan kata berupa pembalikan urutan frasa yang berpola D - M menjadi M – D
|
6.
Preposisi
|
52
|
Pemakaian
preposisi di sering rancu dengan pemakaian dalam
|
7.
Konstruksi pasif
|
37
|
Kalimat-kalimat
yang seharusnya menggunakan bentuk pasif masih menggunakan bentuk aktif dan
sebaliknya.
|
8.
Konjungsi
|
25
|
|
9.
Pemakaian “yang”
|
17
|
Bentuk
‘yang’ kadang hadir ketika
kalimat/pernyataan tidak menuntut kehadiran
yang dan sebaliknya, tidak
digunakan ketika sebuah ujaran menghendaki pemakaian yang.
|
10.
Penjamakan
|
9
|
Kesalahan
dilakukan dengan dipergunakannya
bentuk ulang yang berarti jamak walaupun sudah ada penanda jamak lainnya.
|
Jumlah
|
1180
|
Kesepuluh bentuk
kesalahan di atas akan diuraikan satu per satu dan disertai dengan contoh-contoh
seperlunya.
1. Kesalahan Keefektifan Kalimat
Kalimat-kalimat yang dibuat pembelajar tidak efektif karena tidak
adanya kesatuan informasi/arti dan bentuk. Kalimat yang dibuat mengandung lebih
dari satu kesatuan informasi sehingga sering menimbulkan kerancuan dan
ketidaktepatan arti. Bahkan, ada banyak
pernyataan yang hanya berisi jajaran kata-kata saja tanpa arti yang jelas
sehingga tidak membentuk sebuah kalimat yang utuh dari segi bentuk dan
maknanya. Ada 422 kalimat dengan tipe ini. berikut ini beberapa contoh
pernyataan-pernyataan tersebut beserta alternatif pembenarannya.
Contoh-contoh kesalahan
keefektifan kalimat:
(1) Sering keluarga yang
dari daerah pedalaman tinggal di luar kota lama dan banyak adalah petani.
(2) Setelah itu, kendi
adalah sedia untuk membakar dengan teknik ada primitiv sekali.
(3) Menduduki dalam
lingkaran tertawa, makanan, menyanyikan dengan ibu, tutor-tutor dan temannya
beristirahat nanti hari ini mengunjungi tempat-tempat lain di cuaca panas.
(4) Kami juga
mengunjungi orang Jawa di pabrik batik ialah pengalaman lain yang saya mau itu
paling baik supaya melihat-lihat jenis berbeda batik.
(5) Bagaimanapun dewasa
ini pemerintah saya mempunyai dana perwalian
dan suatu doktor bisa pekerjaan banyak alternatif ke obat yang modern,
misalnya chiropractice, acupunture, aromatherapy, ahli pengobat dengan
menggunakan kebatinan (faith healing) reflexology dan hypnotherapy.
Alternatif pembenarannya:
(1) Keluarga dari daerah
pedalaman, yang sebagaian besar adalah petani,
sering tinggal di luar kota untuk waktu yang lama.
(2) Setelah itu, kendi
tersebut siap untuk dibakar dengan teknik tradisional.
(3) Setelah mengunjungi
beberapa tempat, kami dan para tutor beristirahat dengan duduk melingkar sambil menyanyi, bercanda, dan
makan makanan yang disiapkan oleh ibu itu.
(4) Kami mengunjungi orang Jawa di pabrik batik untuk
melihat jenis-jenis batik yang berbeda. Kegiatan itu merupakan pengalaman lain yang paling baik bagi kami.
(5) Dewasa ini,
pemerintah saya mempunyai dana perwalian yang memungkinkan seorang dokter bisa
memadukan pengobatan alternatif
dengan obat yang modern seperti, chiropractice, acupunture, aromatherapy,
faith healing, eflexology dan hypnotherapy.
2. Kesalahan Pemilihan Kata
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan
karena arti atau makna sebuah kalimat
dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan
pemilihan kata maka akan terjadi
pergeseran arti/ makna kalimat, tidak
sebagaimana diinginkan oleh penulisnya.
Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas
arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Penelitian ini memberi gambaran
yang jelas bahwa para pembelajar BIPA banyak melakukan kesalahan
dalam pemilihan kata ketika mereka menyusun kalimat-kalimat dan atau paragraf. Dari
analisis data, terdapat 228 kesalahan dalam pemilihan kata. Kesalahan yang
mereka lakukan meliputi (1) penggunaan kata yang benar-benar tidak tepat untuk suatu konteks kalimat tertentu (2)
penggunaan kata yang tidak lazim dalam konteks masyrakat Indonesia (3)
pengunaan sinonim kata yang tidak tidak benar-benar tepat sebagaimana dituntut
konteks kalimat tertentu (4) kerancuan dalam penggunaan kata-kata yang mirip,
seperti penggunaan ada dan adalah , mudah dan murah, dsb. (5) penggunaan
kata-kata yang merupakan hasil terjemahan secara harafiah dan (6) kesalahan
penggunaan kata terjemahan yang bersinonim, seperti kata to leave yang
terjemahan bahasa Indonesianya meninggalkan
dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah yang sering dikacaukan dalam
penggunaannya.
Beberapa kata yang kesalahan
pemakaiannya cukup sering adalah kata ada
yang dikacaukan dengan kata
adalah; penggunaan pronomina kita
dengan kami (yang dalam bahasa
Inggris ‘us’); kata berangkat dengan
kata meninggalkan; kata cara dengan kata secara; kata tidak
dengan kata bukan; kata ada dengan kata mempunyi. Beberapa contoh
kesalahan pembelajar dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
(1) Situasi ini pusing
untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
(2) Saya berbicara
dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
(3) Adalah banyak
penjual dan pembeli dalam pasar.
(4) Kami berangkat SMA 3
kira-kira pada jam sepuluh malam.
(5) Jam empat kami
berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
(6) Setelah itu bis
mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
(7) Di Inggris
masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya kemangkiran dari
sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
(8) Menurut tradisi,
orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi Batak sangat
beruntung pada karet dan kopi. A
Alternatif pembenarannya:
(1) Situasi ini
membingungkan anak-anak dan sangat
mempengaruhi mereka.
(2) Saya berbicara
dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam
tahun.
(3) Ada banyak penjual
dan pembeli di dalam pasar itu.
(4) Kami meningglkan SMA
3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
(5) Pada jam empat, kami
berangkat dari Hotel Radisson dan pergi ke Candi Prambanan.
(6) Setelah itu, sopir
bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
(7) Di Inggris, masalah
disiplin lebih jelek, misalnya
ketidakhadiran ke sekolah, keterlambatan
masuk sekolah dan kekerasan.
(8) Menurut tradisi,
orang Batak adalah petani padi, tetapi
sekarang ekonomi masyrakat Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan
kopi.
3. Kesalahan Penggunaan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks yang ditemukan cukup beragam. Ada banyak
ketidaktepatan dalam menentukan afiks yang akan digunakan dalam proses
verbalisasi maupun nominalisasi. Afiks - afiks tersebut sering digunakan
terbalik-balik, misalnya seharusnya memakai afiks me- tetapi menggunakan afiks
ber- dan demikian pula sebaliknya. Ketidaktepatan tersebut akan berakibat tidak
tepatnya sense kalimat yang dibentuk dan
bergesernya arti kalimat tersebut.
Contoh kesalahan-kesalahan
penggunaan afiks:
(1) Saya nikmat perjalan
di Indonesia.
(2) Kalau orang tua
perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
(3) Ketika saya membaca
tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
(4) Kain batik paling
terkenal di Australia dan sekarang saya tahu bagaimana batik membuat
menggunakan dua cara, batik cap dan batik tulis tangan.
(5) Di Inggris guru-guru
harus beruniversitas untuk tiga tahun kemudian mereka harus pergi ke mengajar
TCC (teacher training college) untuk satu tahun.
(6) Lebih dari itu,
Soeharto memperlihatkan menarik di Agama Islam.
(7) Untuk menulis
presentasi ini, saya dibicara dengan tiga orang.
(8) Mungkin mayoritas
orang Indonesia merasa kecemburuan kepada orang asing.
(9) Dia menyuruh Kunto
menyanyakan polisi.
(10) Dalam karangan ini
saya akan membicara tentang perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jaaawa dan di
Inggris.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Saya menikmati perjalanan di
Indonesia.
(2)
Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
(3)
Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
(4)
Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya mengetahui
cara membuat batik yang menghasilkan dua
jenis batik, batik cap dan batik tulis
tangan.
(5)
Di Inggris, guru-guru harus belajar di universitas selama tiga tahun
kemudian mereka harus belajar di TCC
(Teacher Training College) selama satu tahun.
(6)
Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan ketertarikannya pada Agama
Islam.
(7)
Untuk menulis presentasi ini, saya berbicara dengan tiga orang.
(8)
Mayoritas orang Indonesia merasa cemburu kepada orang asing.
(9)
Dia menyuruh Kunto bertanya kepada polisi.
(10) Dalam karangan ini,
saya akan membicarakan perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jawa dengan
keluarga di Inggris.
4. Kesalahan karena Tidak Lengkapnya Fungsi Kalimat
Kesalahan-kesalahan ini berupa ketidaklengkapan fungsi kalimat yang
meliputi tidak adanya subjek, predikat yang tidak jelas, dan penghilangan
objek pada predikat berverba transitif.
Kesalahan tipe ini berjumlah 113 buah. Kesalahan tersebut terbagi atas 49
kesalahan karena tidak bersubjek, 45 kesalahan karena predikat yang tidak
jelas, dan 19 kesalahan karena tidak adanya objek pada predikat yang berverba
transitif. Berikut ini akan disajikan contoh kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh kesalahan karena tidak bersubjek:
(1)
Di keraton menarik dan indah tetapi cuaca lembab dan panas.
(2)
Menurut orang wawancara di
Indonesia ada yang bermacam-macam di dapatkan daerah ke daerah.
(3)
Untuk saya mengerti bagaimana mahasiswa mahasiswa tentang pendidikan
Indonesia dan khususnya pengajaran Bahasa Inggris.
(4)
Salah satu utama kebaikan ialah
rata-rata guru, saya mengerti bahwa in bagus, semua mahasiswa dikesan.
(5)
Sementara adalah orang yang mau belajar, untuk menjadi guru ide bagus!
Alternatif pembenarannya,
(1)
Keraton Yogyakarta menarik dan
indah tetapi cuaca hari ini lembab dan
panas.
(2)
Menurut orang yang saya wawancarai, Indonesia mempunyai bermacam-macam kesenian yang berbeda di setiap daerah.
(3)
Saya mengerti pendapat para mahasiswa tentang pendidikan di
Indonesia, khususnya sistem pengajaran
Bahasa Inggris.
(4)
Salah satu keunggulan utama ialah kualitas rata-rata guru. Saya
mengerti bahwa ini yang membuat semua
siswa terkesan.
(5)
Ada banyak orang yang mau
belajar untuk menjadi guru. Ini ide bagus!
Contoh kesalahan karena predikat kalimat yang tidak jelas
(1)
Lebih dari itu, Aromatheraphy ini untuk ketegangan dan kesantaian, ini
lebih baik membakar minyak di dalam kamar.
(2)
Umumnya kenakalan remaja dari rumah atau keluarga rusak.
(3)
Dulu sebagian besar guru di Tim-tim dari pulau-pulau di Indonesia,
tetapi sekarang mereka berangkat dari Tim Tim dan tidak cukup guru untuk
sekolah di sana.
(4)
Di Indonesia ada banyak upacara adat, setiap suku aturan-aturan
yang harus dilakukan sebelum upacara
pernikahan.
(5)
Orang-orang yang tinggal di kota berbedaan.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Lebih dari itu, Aromatheraphy ini berfungsi untuk menghilangkan
ketegangan dan menciptakan rasa santai. Ini dilakukan dengan membakar minyak
wangi di dalam kamar.
(2)
Umumnya, kenakalan remaja bermula dari keluarga yang tidak harmonis.
(3)
Dulu, sebagian besar guru di Tim-Tim berasal dari berbagai pulau di
Indonesia, tetapi sekarang mereka meninggalkan
Tim-Tim sehingga tidak ada cukup banyak guru untuk sekolah-sekolah di sana.
(4)
Di Indonesia, ada banyak upacara adat.
Setiap suku memiliki aturan-aturan yang
harus dilakukan sebelum upacara pernikahan.
(5)
Orang-orang yang tinggal di kota berbeda mempunyai kebiasaan yang
berneda pula.
Contoh-contoh kesalahan karena
tidak adanya objek dalam kalimat yang berpredikat verba transitif.
(1)
Saya menikmati banyak sekali.
(2)
Seorang anak jalanan berbicara kepada saya kalau orang tua angkat
mengusir ketika dia berumur sepuluh.
(3)
Upacara ini menunda sampai kelurga bisa mempunyai kadang-kdang ada
beberapa bulan.
(4)
Bagaimanapun, mereka menjual terbang onderdil kemudian British aerospace pegawai bepergian
dari Inggris ke Indonesia.
(5)
Hidup suku Dani tidak rusah merubah tetapi saya pikir ubah akan
menjadi tak dapat dielakkan.
Alternatif pembenarannya:
(1) Saya sangat
menikmati perjalanan ini.
(2) Seorang anak jalanan
berbicara kepada saya bahwa orang tua angkatnya mengusir dia ketika dia berumur sepuluh tahun.
(3) Upacara ini ditunda
beberapa bulan sampai keluarga mempunyai cukup banyak uang.
(4) Mereka menjual
onderdil pesawat terbang itu. Kemudian, Pegawai British Aerospace datang ke Indonesia untuk merakitnya.
(5) Kehidupan Suku Dani
tidak perlu diubah tetapi saya berpikir bahwa perubahan akan terjadi dan
itu tak dapat dielakkan.
5. Kesalahan karena Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat
Kesalahan penggunaan preposisi ini berupa pemakaian preposisi yang
tidak tepat dalam kalimat, tidak dipakainya preposisi dalam kalimat yang
menuntut adanya preposisi, dan pemakaian preposisi yang tidak perlu dalam suatu
kalimat. Dari analisis data, terungkap ada 52 kesalahan dalam hal penggunaan
preposisi. Kesalahan tersebut terbagi atas 29 kesalahan pada pemakaian
preposisi yang tidak tepat, 14 kesalahan karena tidak adanya preposisi dalam
kalimat yang menuntut adanya preposisi, dan 9 kesalahan penggunaan preposisi
yang tidak perlu. Berikut ini akan disajikan beberapa contoh
kesalahan-kesalahan penggunaan preposisi
tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak tepat:
(1)
Banyak barang-barang dibeli oleh toko-toko pakaian, makanan, tas, dan
lain-lain.
(2)
Sebelum makan siang saya menjadi kuat oleh minum jamu yang “sehat
pria”.
(3)
Saya kembali di hotel Radisson naik bis kecil.
(4)
Sesudah pertunjukkan kami membeli oleh-oleh kemudian kami pulang
kepada Hotel Radisson.
(5)
Mereka hanya boleh tidur untuk tiga jam sesudah itu mereka harus
mengganti dengan lain orang.
Contoh kesalahan karena tidak adanya
preposisi:
(6) Kami pergi Pabrik
Batik untuk mengerti tentang proses batik.
(7) Kemudian, kami
berjalan kaki terus Jl. Malioboro ke supermarket.
(8) Hari ini kelompok
semua pergi Sultan Palace naik bis besar.
(9) Soeharto akan selalu
diingatkan orang terkenal dan juga orang jago.
(10) Penyakit gawat
seperti penyakit kuning bisa disembuhkan jamu.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak perlu:
(11)
Kehidupan di guru-guru tidak mudah ataukah Anda bekerja di Indonesia
atau Skotlandia di mana saya tinggal.
(12)
Saya hanya harap, dengan semua Indonesia penduduk ingat dia dalam
sejarah seorang yang membantu Indonesia menang kemerdekaan dari dua-duanya
pemerintah Jepang dan pemerintah Belanda.
(13)
Mereka harus ada ‘catalytic conventer’ dalam juga supaya gas yang
beracun akan mengurangi.
(14)
Dalam hal di atas, banyak orang mengadakan tekanan terhadap oleh
anaknya supaya mereka membeli mainan dan gula-gula.
(15)
Itu punya partai di politik yang bernama Golkar.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Banyak barang dapat dibeli di toko-toko itu seperti, pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
(2)
Sebelum makan siang, saya menjadi kuat karena minum jamu “sehat pria”.
(3)
Saya kembali ke hotel Radisson naik bis kecil.
(4)
Sesudah pertunjukan, kami membeli oleh-oleh kemudian kami kembali
ke Hotel Radisson.
(5)
Mereka hanya boleh tidur selama tiga jam. Sesudah itu, mereka harus
bergantian dengan orang lain.
(6)
Kami pergi ke pabrik Batik untuk mengerti proses membuat batik.
(7)
Kemudian, kami berjalan kaki terus ke
Jl. Malioboro dan masuk ke supermarket.
(8)
Hari ini, semua kelompok pergi
ke ‘Sultan Palace’ dengan naik bis besar.
(9)
Soeharto akan selalu diingat sebagai orang terkenal dan juga seorang
pahlawan.
(10)
Penyakit gawat, seperti penyakit kuning, bisa disembuhkan dengan jamu.
(11)
Kehidupan guru-guru tidak mudah
baik Anda bekerja di Indonesia ataupun di Skotlandia tempat saya tinggal.
(12)
Saya hanya berharap semua penduduk Indonesia mengingat dia dalam
sejarah sebagai orang yang membantu Indonesia mencapai kemerdekaan dari kedua
penjajah, pemerintah Jepan dan pemerintah Belanda.
(13)
Mereka harus mempunyai ‘catalytic conventer’ supaya gas yang beracun dapat dikurangi.
(14)
Dalam hal di atas, banyak orang mengadakan tekanan terhadap
anak-anaknya supaya mereka membeli mainan dan gula-gula.
(15)
Itu milik partai politik yang
bernama Golkar.
6. Kesalahan Urutan Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran
yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang
diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi
kesalahan dalam urutan ini. Dari hasil analisis data penelitian ini, ada 74
kesalahan dalam hal urutan kata. Para pembelajar melakukan pembalikan atas
urutan kata sebagaimana terlihat dalam beberapa contoh di bawah ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1) Hari ini, menarik
hari.
(2) Keluarga adalah
sosial kesatuan yang paling penting bagi
orang Batak Toba.
(3) Bernama ini
‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang orang
yang datang baru menjadi terkejut, mereka harap memenuhi mimpi mereka.
(5) Jamu saset belum
komplit harus dicampur dengan lain bahan-bahan seperti beras kencur, anggur
merah, madu, dll.
(6) Pada tanggal 16
September setulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa musik pendidikan
memerlukan sebagai dasar baik sekali untuk humaniora.
(7) Bentuk kedua di
polusi datang dari industri.
(8) Mayoritas
orang-orang saya dengan berbicara adalah sopir taksi dan juga tetangga saya di
desa saya.
(9) Terbang itu dipasang
oleh British Aerospace pegawai dari onderdil dari Indonesia.
(10) Dia diajarkan SMA curikulum
yang sama-sama di semua sekolah.
Alternatif pembenarannya:
(1) Hari ini adalah hari
yang menarik.
(2) Keluarga adalah kesatuan sosial yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3) Ini bernama
‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang, orang
yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi mereka
terpenuhi.
(5) Jamu saset yang
belum komplit harus dicampur dengan bahan-bahan lain seperti beras kencur,
anggur merah, madu, dll.
(6) Pada tanggal 16
September, sebuah tulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa pendidikan
musik diperlukan sebagai dasar yang baik untuk pendidikan humaniora.
(7) Kedua bentuk polusi
ini berasal dari industri.
(8) Mayoritas
orang-orang yang berbicara dengan saya adalah sopir taksi dan juga tetangga
saya di desa.
(9) Pesawat terbang itu
dirakit oleh pegawai British Aerospace dengan onderdil dari Indonesia.
(10) Dia mengajar sesuai
dengan Kurikulum SMA yang sama di setiap sekolah.
7. Kesalahan Penggunaan Konstruksi Pasif
Konstruksi pasif bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan pronomina
orang pertama, kedua, dan ketiga yang
mempunyai dua pola yang berbeda. Pola pertama dapat dibentuk dari pola aktif S
+ me- bentuk asal - (sufiks) + O menjadi pola pasif O + S + bentuk asal-
(suifks) untuk pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga. Pola kedua dapat dibentuk
dari pola aktif S + me- bentuk asal-
(sufiks) + O menjadi pola pasif O + di - bentuk asal- (sufiks) + (oleh) + S
hanya untuk pronomina orang ketiga.
Kesalahan penggunaan konstruksi pasif yang terungkap dari penelitian
ini relatif banyak, 37 konstruksi. Kesalahan ini terdiri atas tujuh kesalahan penggunaan konstruksi pasif pola
pertama, dan 30 kesalahan penggunaan konstruksi pasif pola kedua. Kesalahan penggunaan konstruksi pasif bentuk
kedua ini terjadi karena kesalahan penggunaan afiks-afiks pembentuk konstruksi
aktif-pasif. Di bawah ini beberapa contoh kesalahan-kesalahan tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan konstruksi pasif:
(1)
Mesjid ini membuat untuk Sultan pertama.
(2)
Di dalam temple ada banyak
kemenyan juga membakar.
(3)
Tempat pemujaan ketiga kami mengunjungi adalah mesjid.
(4)
Duduk di rumah ibu merasa beristirahat
jug dan makanan membuat oleh ibu enak sekali.
(5)
Dia diajarkan SMA kurikulum yang sama-sama di semua sekolah.
(6)
Dua golongan yang saya mau melihati untuk soal karangan ini adalaf
suku Kubu yang berasal dari Sumatra Selatan dan Suku Bali Aga yang berasal dari
Bali.
(7)
Contohnya, ada beberapa LSM khusus untuk menolong wanita-wanita yang
diperkosa, atau untuk menolong orang-orang yang hilang rumahnya karena banjir
atau untuk membangkitkan kesadaran tentu suatu hal.
(8)
Mungkin kebenaran terlalu dasyat untuk mengakui.
(9)
Mungkin kesenian tradisional bisa mengubah dan mengguna teknik yang
modern sehingga pelukisan bisa membuat lebih cepat.
(10)
Pulau-pulau seperti Bali dan Jawa ada jumlah penduduk tertinggi, jadi
banyak orang dimindahkan ke pulau lain khususnya Kalimantan dan Sulawesi.
Alternatif pembenarannya:
(1)
Mesjid ini dibuat untuk Sultan pertama.
(2)
Di dalam temple, ada banyak
kemenyan dibakar.
(3)
Tempat pemujaan ketiga yang kami kunjungi adalah mesjid.
(4)
Kenyamanan kami rasakan ketika duduk di rumah ibu itu dan makanan yang
di buatnya enak sekali.
(5)
Kurikulum SMA diajarkan sama di semua sekolah atau Kurikulum SMA dia
ajarkan secara sama di semua sekolah.
(6)
Dua golongan yang ingin saya lihat sebagai topik karangan ini adalah
suku Kubu yang berasal dari Sumatra Selatan dan Suku Bali Aga yang berasal dari
Bali.
(7)
Ada beberapa LSM khusus didirikan untuk menolong wanita-wanita yang
diperkosa, atau untuk menolong orang-orang yang kehilangan rumahnya karena
banjir atau untuk membangkitkan kesadaran tentang suatu hal.
(8)
Mungkin, kebenaran terlalu dasyat untuk diakui.
(9)
Mungkin, kesenian tradisional bisa diubah dengan penggunaan teknik
yang modern sehingga lukisan bisa dibuat lebih cepat.
(10)
Pulau-pulau seperti Bali dan Jawa mempunyai jumlah penduduk yang banyak sehingga banyak orang dipindahkan ke
pulau lain khususnya Kalimantan dan Sulawesi.
8. Kesalahan Penggunaan Konjungsi
Konjungsi berfungsi sebagai penghubung frasa dan klausa dalam kalimat.
Selain itu, konjungsi juga berfungsi sebagai penghubung antarkalimat dalam
suatu paragraf. Kesalahan penggunaan konjungsi ini akan berakibat tidak
jelasnya makna kalimat karena hubungan antarfrasa dan antarklausa tidak jelas.
Ada 25 kesalahan penggunaan konjungsi yang terungkap dalam penelitian ini. Kesalah yang cukup menonjol adalah penggunaan
konjungsi bahwa dan walaupun , masing-masing 9 dan 5 kesalahan.
Kesalahan-kesalah yang lain tersebar untuk konjungsi-konjungsi yang lain.
Contoh kesalahan-kesalahan tersebut dipaparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan penggunaan konjungsi:
(1) Guru-guru ada
perteman sambil semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di
sekolahnya.
(2) Gereja ini membagun
dengan uang dari orang-orang bahwa menghadiri gereja ini.
(3) Oleh sebabnya,
apabila dihadapkan pada praktek di lapangan kerja, didikan kurang memuaskan.
(4) Menurut saya dan
juga semua orang bahwa saya dibuat wawancara, Indonesia masih memerlukan tenaga
kerja asing di dalam negara itu.
(5) Banyak orang Indonesia rasa bahwa ibu kota Jakarta
adalah tempat yang mana mimpi mereka
akan menjadi penuhi.
(6) Walaupun bahkan
adalah memberi haparan bahwa setiap hari sesudah sampah terkumpul,
sampah-sampah itu dipisahkan menurut jenis bahannya.
(7) ABRI mempunyai
banyak pengaruh daripada dulu dari masyarakat.
(8) Maupun mereka ada
rencana-rencana. misalnya, untuk mengatasi masalah-masalah pemerintah Indonesia
mencoba transmigrasi.
Alternatif pembenarannnya:
(1) Guru-guru sedang mengadakan
perteman ketika semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di
halaman sekolah.
(2) Gereja ini membagun
dengan uang dari orang-orang yang menghadiri gereja ini.
(3) Apabila dihadapkan
pada praktek di lapangan kerja, anak didik kurang memuaskan.
(4) Menurut saya dan
juga semua orang yang saya wawancarai, Indonesia masih memerlukan tenaga
kerja asing.
(5) Banyak orang Indonesia merasa bahwa ibu kota Jakarta
adalah tempat mimipi-mimpi mereka akan terpenuhi.
(6) Sesudah sampah
terkumpul, sampah-sampah itu dipisahkan menurut jenis bahannya.
(7) ABRI mempunyai
banyak pengaruh terhadap masyarakat
sejak dulu.
(8) Walaupun demikian
mereka mempunyai rencana-rencana. Misalnya, untuk mengatasi masalah-masalah
kependudukan, pemerintah Indonesia menggalakan program transmigrasi.
9. Kesalahan Penggunaan ‘yang’
Kesalahan pemakaian ‘yang’ yang
dilakukan pembelajar BIPA relatif banyak yaitu 15 kesalahan. Kesalahan yang
dilakukan berupa penggunaan yang dalam
kalimat yang tidak memerlukan
‘yang’ dan sebaliknya ‘yang’ tidak digunakan ketika kalimat-kalimat
memerlukan yang untuk memperjelas makna kalimat tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan’ yang’:
(1) Menurut teman saya,
TKA mempunyai peran yang pentiing sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek
karena bisa membantukan masyarakat dan prasarana lokal
(2) Hampir semua segi
bahwa saya mencari bisa yang dihubungan dengan seluruh Indonesia.
(3) Saluran TV ini
swasta dan mereka bisa menunjuk apa saja mereka mau.
(4) Oleh karena itu,
pers Inggris tidak diperoleh melaporkan
satupun yang dikenai buku ini.
(5) Suku Dani masih
hidup secara yang primitif.
Alternatif pembenarannya:
(1) Menurut teman saya,
TKA mempunyai peran penting sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena
bisa membantu masyarakat dan prasarana lokal.
(2) Hampir semua segi
yang saya temukan bisa dihubungan dengan
seluruh Indonesia.
(3) Saluran TV ini
adalah saluran swasta dan mereka bisa mempertunkukan semua hal yang merek mau.
(4) Oleh karena itu,
pers Inggris tidak diperbolehkan
melaporkan satupun tentang buku
ini.
(5) Suku Dani masih
hidup secara primitif.
10. Kesalahan Pembentuk Jamak
Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan mengulang
nomina, penggunaan numeralia, dan
penggunaan penanda jamak seperti, beberapa, sejumlah, para, banyak, sedikit,
dsb. Apabila bentuk-bentuk itu digunakan nomina yang bersangkutan harus dalam
bentuk tunggal. Contohnya, buku-buku, 125 buku, beberapa buku.
Kesalahan dalam hal ini adalah pemakaian bentuk beruntun ketika mereka
membuat bentuk jamak. Mereka memakai penanda jamak tetapi nomina tetap diulang
atau sebaliknya ada penanda tunggal tetapi nominanya jamak. Berikut ini
beberapa contoh untuk mendukung penjelasan di atas.
Contoh kesalahan penggunaan bentuk jamak:
(1) Kami didampingi oleh
guru pribadi naik bis ke bermacam-macam trmpat-tempat wisata seperti Keraton,
Taman Sari, pasar burung yang terletal di belakang Taman Sari.
(2) Saya membicarakan
dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu untuk mengirimi semua
anak-anakny ke universitas.
(3) Di Inggris,
guru-guru merasa bahwa mereka menerima gajinya yang rendah dan banyak guru-guru
berangkat untuk pekerjaan yang lain.
(4) Contohnya , kalau
sesuatu suku-suku ingin pendidikan atau gereja, dan dokter, mereka seharusnya
diberikan itu.
(5) Banyak pabrik-pabrik
sudah ditutup karena ada lebih murah
untuk membuat barang-barang di negeri asing seperti negeri-negeri Timur
karena alasan penggangguran ada lebih kejahatan daripada banyak tahhun yang
lalu.
Alternatif pembenarannya:
(1) Kami didampingi oleh
guru pribadi naik bis ke bermacam-macam tempat wisata seperti, Keraton, Taman Sari, dan pasar burung yang
terletak di belakang Taman Sari.
(2) Saya berbicara
dengan beberapa mahasiswa yang keluarganya tidak mampu menyekolahkan semua anaknya ke universitas.
(3) Di Inggris,
guru-guru merasa bahwa mereka menerima gaji yang rendah dan banyak guru
meninggalkan profesi itu untuk mencari pekerjaan yang lain.
(4) Contohnya , kalau
sesuatu suku menginginkan fasilitas pendidikan, gereja, dan dokter, mereka
seharusnya mendapatkannya.
(5) Pabrik-pabrik sudah
ditutup karena pembuatan barang-barang di negeri asing seperti negara-negera
Timur lebih murah karena alasan banyak penggangguran.
0 Comments