PACU SAMPAN
“Ayo ... ayo ... ayo ... teriakan
penonton membahana menyemangati para peserta lomba pacu sampan”
Tanggal 17 Agustus, bukan hanya hari
yang bersejarah bagi negara Indonesia, namun juga bagiku. Khususnya 17 Agustus
tahun 2019 ini, untuk pertama kalinya aku mengikuti lomba pacu sampan yang
diadakan oleh pemerintah Desa Belaras. Lomba pacu sampan merupakan kali
pertama diadakan di desa ini. Jadi, bisa dibayangkan antusias warga untuk
mengikuti dan menyaksikan lomba pacu sampan.
Lomba
pacu sampan ini mengingatkanku dengan lomba pacu jalur di kabupaten Kuantan Sengigi atau Kuansing. Aku pernah melihat langsung lomba ini. Waktu itu, aku
dan Aidi pergi menggunakan motor Dari Pekanbaru menuju Kabupaten Kuansing demi
untuk menonton lomba ini. Lebih kurang 3 jam lamanya kami tiba di rumah Zul.
Bersama keluarganya, kami berangkat melihat lomba yang sangat meriah itu. Lomba
pacu jalur diadakan tiap tahun dan menjadi salah satu wisata unggulan di
kabupaten ini. Karena peserta maupun penontonnya tidak hanya dari kabupaten ini
saja, tetapi juga dari daerah luar. lomba pacu jalur ini merupakan event yang
besar dan meriah karena menggunakan perahu besar yang memuat 40 orang lebih, jumlah
peserta yang banyak, dan hadiah yang sangat fantastis.
Lanjut ke cerita semula, lepas dzuhur,
panitia lomba sudah bersiap-siap di depan kantor desa untuk membuka pendaftaran
lomba pacu sampan. Sebenarnya pendaftaran sudah dimulai dari beberapa hari
lalu. Namun, panitia tetap memberikan kesempatan kepada masyarakat yang mau
ikut berpatisipasi dalam lomba pacu sampan sampai batas waktu yang telah
ditentukan. Untuk informasi, persyaratan untuk mengikuti lomba pacu sampan ini
diantaranya, 1) pandai berenang. Pasti yekan, lucu kali kalau ikut lomba pacu
sampan tapi tidak bisa berenang. Bisa-bisa Ikan di laut pada ketawa ngejek
nanti. Huaaa... 2), memiliki sampan sendiri. Terakhir, 3) membuat nama kelompok
yang terdiri dari 3 orang. Kalau dilihat
dari persyaratannya, sangat memungkinkan sekali bagiku untuk mengikuti lomba
ini. Secara, waktu SMA aku pernah menang lomba dayung. Tapi, posisiku sebagai
penyemangat alias orang yang teriak-teriak di atas perahu bukan sebagai
pendayung. Wkwwk ... nggak ngaruh kayaknya untuk lomba ini nanti.
Singkat cerita, daftarlah aku dalam
lomba pacu sampan ini dengan anggota kelompok Hepra dan Pak Apar. Kulihat
daftar peserta, masing-masing sudah membuat nama kelompoknya. Banyak
diantaranya memakai nama ikan sebagai nama kelompoknya. Tanpa pikir panjang,
nama-nama kelompok ikan itu mengilhamiku untuk membuat nama kelompok dari ikan
juga. Ayo ... tebak nama ikannya apa ... kalau benar aku kasih sepeda ...
#intermezo hhee ... jadi, nama kelompok kami adalah ikan lome. Nah, apakah
kalian baru dengar atau baru tahu way ? Baiklah, kuberitahu yang belum tahu dan
kuberi ciuman bagi yang sudah tahu. Hueekk ... (mau muntah kan) ... wkkwkwk
.... Ikan lome adalah ikan yang unik. Kenapa ? karena ikan ini berbeda dengan
ikan-ikan yang lain. secara fisik, bentuknya seperti ikan. Hanya saja, keunikan
ikan ini terletak pada tekstur daging dan tulangnya yang super duper lembut.
Seperti ikan tak bertulang. Namun, jangan salah way, aku sangat menyukai ikan
ini karena rasanya sangat lezat. Apalagi ikan ini dimasak sup ... uwow ...
mantap way ... Semenjak aku mengenal ikan lome, aku langsung jatuh hati. Karena
reputasinya dimataku, kujadikan dia nama kelompok kami.
Kembali lagi ke lomba pacu sampan,
adzan ashar telah berkumandang. Itu artinya perlombaan akan segera dimulai. Sebelumnya,
kami harus mengambil undian untuk tampil. Ternyata kami mendapat undian pertama
bersama 3 kelompok lainnya. Aku dan anggota kelompokku menaiki sampan Pak Apar
yang sudah disiapkannya dari tadi. Kudengar teriakan penonton, terutama
ibu-ibu, anak-anak, gadis-gadis meneriaki kami para peserta lomba pacu sampan.
Ayo ... ayo ... ayo ... , Mendengar teriakan penonton, membuat semangatku
berkobar-kobar untuk mengerahkan sekuat tenaga mengalahkan lawan-lawanku.
Setelah berunding agak lama,
disepakati aku di posisi depan, Hepra di tengah, dan Pak Apar di belakang. Hatiku
menjadi dag dig dug seperti balon yang akan meletus ... duarr ... Kami berbaris
di garis start, menunggu aba-aba dari pak wali (kades) untuk mengibarkan
bendera sebagai tanda mulai. Siap ... ya ... bendera dikibarkan ... dengan
sekuat tenaga, kami mendayung. Berpacu dengan waktu untuk menjadi yang
terdepan. Awalnya, kami bisa mengimbangi lawan. Namun, lama-kelamaan tenaga
mulai terkuras. Ternyata oh ternyata ... mendayung sampan tidak semudah yang
aku pikirkan. Ketika mau putar balik untuk kembali ke garis finish, kami sudah
ketinggalan jauh. Adoh ... mecot ... walaupun sudah sekuat tenaga kami
mendayung tetap saja tidak bisa mengejar ketertinggalan kami. Di atas sampan,
kami hanya bisa menertawakan diri sendiri. Ketika kelompok lainnya sudah sampai
di garis finish, kami masih di tengah-tengah sambil mendayung dengan
terengah-engah. Setelah cukup lama
berjuang, akhirnya kami sampai juga di garis finish disambut tawa para
penonton. Pulang ... pulang ... kata mereka sambil tertawa terbahak-bahak.
Tembilahan, 23 Agustus 2019
Daftar peserta lomba pacu sampan
Kami bersiap-siap di garis start
Semangat mendayung untuk menjadi sang juara
Lomba selesai, anak-anak pun berenang meramaikan suasana
Kalau ini lomba pacu jalur di Kabupaten Kuansing
Para penonton lomba pacu jalur
Dari depan : Aku, Aidi, dan Zul menonton lomba pacu jalur
Inilah yang namanya ikan lome way
0 Comments